Ternyata masih banyak banget ibu-ibu muda yang belum melek ASI. Agak miris juga sih mengetahui bahwa di antara sekian banyak istri-istri teman kantor suamiku yang punya bayi, cuma 2 orang yang menyusui ASI. Yang seorang eksklusif sampai 5 bulan (dan setelah kuajak ngobrol sepertinya ia belum mengerti benar definisi ASI eksklusif). Kutanya ASI eklusifnya sampe barapa bulan, Mbak? (sekarang anaknya kurang lebih 10 bulan). Trus dia jawab gini: "Sampe sekarang masih eklusif." Lho aku bengong. Ternyata maksudnya sampe sekarang dia hanya memberi ASI tanpa tambahan susu formula plus nasi tim. Trus pas aku jelasin maksud ASI eksklusif, dia lantas menambahkan: Oo, anakku mulai kukasih bubur susu sejak umur 5 bulan. Jadi yaa anggaplah dia menyusui ekslusif sampai 5 bulan. So, agak rancu kan pemahaman dia tentang ASI eksklusif.
Seorang lagi ya aku. Alhamdulillah kemarin poll menyusui Halim 6 bulan secara eksklusif. Aku yakin para ibu muda yang rata-rata baru berputra 1 itu tidak menyusui ASI secara eksklusif karena kurangnya ilmu, pengetahuan, dan pemahaman sehingga mudah menyerah pada susu formula. Kebanyakan setelah kutanya jawabnya adalah: " ASI saya sedikit, anaknya udah jerit-jerit kelaperan." Padahal hanya sedikit sekali wanita yang ASInya benar-benar sedikit. Kebanyakan di antaranya sudah merasa ga PD duluan dan mungkin ya karena itu tadi, kurangnya ilmu dan pengetahuan, jadi kurang struggle sebisa mungkin sekuat tenaga. Mereka mungkin belum tahu bahwa ASI itu tersedia menurut hukum supply dan demand.
Pengalaman pribadiku dulu juga begitu. Anak pertama ASI gagal total. Cuma 2,5 bulan menyusui ASI campur susu formula, setelah itu sufor blasss tanpa ASI sama sekali.
Anak kedua ASI eklusif 5,5 bulan. Ini karena aku termakan bujuk rayu ortu : "Udah kasih makan ajalah, anak udah gede gini belum dikasih makan." Kalo akunya ga kuat-kuat, mungkin dari umur 4 bulan si Aslam udah mulai kukasih makan. Akhirnya di usia Aslam yang 5,5 bulan pertahananku jebol. Aslam cuma menyusu sd 10 bulan kurang karena aku sudah hamil lagi.
Mungkin para ibu itu kurang dorongan dari peer group. Apalagi ternyata, tidak banyak Rumah Sakit -RS IBu dan Anak sekalipun- yang ramah ASI.
Padahal kalo aku baca di milis asiforbaby, memberi susu formula pada bayi, terlebih di usia 0-6 bulan adalah ‘dosa besar’. Pokoknya ibu-ibu yang tergabung di milis itu kayaknya musuhan banget deh sama yang namanya susu formula dan makanan bayi instan. Dan jangan pernah buat alasan ‘bekerja di luar’ pada ibu-ibu itu. Karena nyatanya kebanyakan mereka adalah wanita karir kok, tapi tetap sukses menyusui bayinya sd 2 tahun.
So ibu-ibu, gabung yuk di milis ASI atau cari ilmu dari manapun yang bisa meng-encourage kita untuk memberi ASI buat buah hati kita tercinta. Hidup ASI!
Archive for ◊ 2007 ◊
This is just a simple random thoughts.
Thanks to Anna for her great financial planning link www.tujuanloapa.com that makes me think money is just a tool to accomplish our goal.
Money must have real purposes in our lives. Money is not something you just
pile and does absolutely nothing for no timeline. There has to be a point when
you need to use money to make your life better (Ligwina Hananto).
Fancy lifestyle, going vacation abroad, crazy shopping is OK as long as you can afford it, you planned it, and you prepare for other more important things (etc: Dana Darurat, Dana Pendidikan,dll)
Aku ga akan ngebahas banyak soal financial problem ini. Bukan ini yang terlintas di pikiranku. Setidaknya untuk saat ini.
Pikiran nakal ini mencoba mengurut-urut apa andil uang dan kekayaan bagi kebahagiaan. Tentu tidak menganjurkan untuk miskin, karena miskin mencondongkan pada kekufuran. Dan Allah suka hamba-Nya yang kuat dalam segala hal kebaikan. Hanya sekedar menyatakan: "Kamu bisa kaya dan menjadi bahagia, atau juga miskin, tapi tetap bahagia."
Senyum anak-anak itu sama manakala mereka bermain Power Rangers atau Barbie ratusan ribu rupiah, atau bermain seluncur pelepah pisang dan memancing dengan bilah bambu dalam beberapa episode Bolang. Asyiknya melihat anak-anak pedalaman itu menikmati ikan bakaran di tepi sungai. Ga steril dan bikin sakit? Ah, enggak juga. Nature (baca: Allah) have His own mechanism yang ga selalu linear. Buktinya orang-orang yang hidup dari sampah sehat-sehat aja tuh.
Jadi teringat satu episode satire Spongebob Squarepants yang lucu dan menggelitik berjudul The Paper. Saat Si Spongy ini memainkan dengan asyiknya secuil kertas pembungkus permen yang dibuang Squidward. Sehingga Squidward iri dan menyesal telah membuang kertasnya dan rela menukarkan rumah beserta segala isinya termasuk kaos yang menempel di badan demi untuk mendapatkan kertasnya. Yang ternyata setelah dia mainkan ga seasik waktu Spongebob mainkan. Barang yang simpel dan sederhana ternyata ga kalah mengasyikkan dengan yang canggih dan mahal. Pasti yang sudah nonton episode yang udah diputar ribuan kali *hiperbol mode on* ini ‘ngeh sama yang aku tulis. Canggih banget kan, secuil kertas bisa jadi baling-baling helikopter, origami, jadi parasut,dll.
Just a random thoughts. Bingung kan narik benang merah dari pikiranku yang melompat-lompat dan tulisan yang kacau ini?
Tuesday, October 23, 2007, 16.10
Beratku naik 2-3 kilo ba’da
lebaran ini. Dengan perut menyembul yang mirip sangat dengan orang yang
hamil muda. Memang, as Oprah says, there’s no instant way to be slim and fit
besides changing our way of life such as eating habbit. Dia bilang, kalo ada
pil yang langsung bisa bikin kurus orang, ‘I would be the first to buy it’.
Tapi kenyataannya kan gak bisa begitu. Semua memang harus ada tahapan dn prosesnya. Jadi mustahil dan
jangan lantas percaya pada produk yang mengaku bisa langsung melangsingkan
secara instant tanpa kita harus berusaha merubah pola makan dan berolahraga.
Jadi ga ada tuh istilah ‘all you can eat’ bagi orang yang berniat pingin kurus.
Mesti menghitung-hitung dengan
cermat berapa kalori yang masuk ke dalam tubuh, dan lain sebagainya.
Aku sih mulai agak ‘ngeh’ dengan
masalah ini, tapi tetap aja belum bisa merubah my eating habbit. Beruntung aku
termasuk orang yang ga cepat gemuk. Kalo aku termasuk yang cepat gemuk, ga
kebayang deh gimana melarnya badanku sekarang. Aku ngemil almost everyday. Ga
berpantang sama sekali sama semua makanan manis seperti sirup yang sehari bisa
beberapa gelas kuminum, coklat dan es krim kalo lagi kebetulan ada, and any
kind of soft drink. Dan ga pernah berpantang harus makan jam berapa. Kalo Oprah
bilang dia menahan diri untuk tidak makan after 18.00 (kalo ga salah ingat) atau
dua jam sebelum tidur, maka yang demikian itu ga berlaku buatku. Aku masih bisa
makan coklat dan sirup bahkan setelah gosok gigi dan beberapa menit sebelum
berangkat tidur. Kalo terbangun tengah malam dan kelaparan, ya langsung kuembat
aja apapun yang ada. Dan porsi makanku termasuk besar loh, at least compare to
Mas. Bisa dua kali lipat porsinya Mas. Tapi porsinyanya Mas sedikit kok (hehe…masih
berusaha memaklumi diri), cuma 1 centong nasi. Dan ga pernah ada istilah ga
sarapan buatku. Breakfast is a must.
Untungnya kalori yang masuk masih
kubagi dengan Halim, jadi ga semuanya buat aku sendiri thok. Orang menyusui kan memang
harus banyak makan ya? Kan bawaannya laper mulu (again, an excuse…).
Jadi malu ketika seorang teman
berkata dia mulai merubah eating habbit dan berdiet dengan makan nasi hanya 1 x
sehari dan memperbanyak makan sayur dan buah. Dalam hati aku hanya membatin:
‘Apa ga kelaperan itu ya, makan segitu doank?’ Dan sepertinya sampai saat ini
aku merasa belum ingin mengikuti jejaknya. Masih saja: All I can eat. Really?
Sekali-sekali nulis resensi film aah. Aku nonton film ini beberapa bulan lalu. Film ini mengisahkan tentang Linda Hanson (diperankan oleh Sandra Bullock), seorang wanita yang bersuamikan Jim (Julian McMahon) dan dikaruniai 2 orang putri cantik.
Rumah tangganya kelihatannya bahagia sampai ia mendengar kabar mengejutkan tentang kematian suaminya dalam sebuah kecelakaan mobil.
Jujur aja, kalo aku ga baca /tahu prolog film ini mungkin agak twisting karena alurnya bolak-balik silih berganti. Wong, garis besar ceritanya memang begitu: Linda ini bingung karena one morning she wakes up as a widow and the following morning she finds her husband is very much alive. Begitu terus silih berganti.
Sampai akhirnya dia belajar sesuatu bahwa yang dialaminya memang nyata (but I still don’t know why this can be happen, karena part of the film yang menerangkan ini ga ada teksnya dan ngomongnya ga jelas ;o maklum soalnya dvd bajakan).
Dan bahwa endingnya akan terjadi sebagaimana dia menjalani beginningnya. Bingung? Maksudnya gini, suatu hari dia mendapati dirinya sebagai seorang yang terganggu jiwanya alias menderita mental illness karena ga siap menerima kematian suaminya. Ketika dia terbangun lagi keesokan pagi dalam keadaan suaminya masih hidup, artinya dia masih punya kesempatan untuk menyiapkan diri menghadapi kejadian yang akan datang dengan melakukan the best she can do. Ini termasuk menyelamatkan pernikahannya dari perselingkuhan yang terjadi antara suaminya dengan teman kantornya.
Akhir cerita menurutku happy ending. Karena meski suaminya memang mati dalam kecelakaan mobil sesuai the premonition, tapi ketika menjelang ajal Jim tengah membatalkan janji kencannya dengan The Mistress alias selingkuhannya lewat HP. Artinya ketika akan meninggal, resultan arah hatinya Jim menuju kepada istri dan anak-anaknya dan bukan kepada WIL nya. Dan Linda, akhirnya digambarkan tengah hamil anak ketiganya sebagai buah cintanya dengan suami pada malam terakhir suaminya hidup.
Pesan moral film ini menurutku, ketetapan umur atau nasib kita memang sudah tertentu dari sananya (baca: dari Allah). Yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakan dengan sebaiknya jatah hidup yang ada. Mengisinya dengan cinta, mencurahkan the best of ourselves untuk orang-orang yang kita cintai.
Friday, August 10, 2007, 01.29
Bersamanya aku bagai di puncak tertinggi dunia. Tak ada lagi yang dilihat
di atas kecuali langit luas yang tak terbatas. Tak ada lagi yang bisa didaki
karena telah sampai di ujung pencapaian.
Bersamanya aku bagai berteduh di pohon rindang besar. Di bawah dahan lengan
yang kokoh. Di bawah rimbun daun kasih sayang yang teduh. Di antara gombolan
buah kebijaksanaan yang menyegarkan. Aman. Damai.
Kedekatan itu ibarat magnifying glass
yang bisa memperjelas baik dan buruk sesuatu. Bila hidup sedemikian lama dengan
seseorang, dan tidak menemui cela berarti padanya, maka memang demikian adanya.
Aku menemukanmu sebagai imbangan yang sangat pas. Dalam segala hal. Tidak
keras tapi tegas. Punya prinsip tapi kompromistis. Bervisi tapi realistis. And
many more. Mengurainya hanya membuatku berurai air mata. Air mata haru dan
bahagia.
I’ve been blessed so much by
you…