Siapa bilang wanita tak butuh berita? Itulah tag line dari tabloid wanita mingguan NOVA. Seingatku sejak SD aku sudah mulai akrab dengan tabloid ini. Aku suka nimbrung membacanya kalau kebetulan ibu membelinya. Ibu memang tidak berlangganan secara khusus.
Rubrik yang kusuka dari dulu sampai sekarang adalah Rubrik Psikologi asuhan Dra. Rieny Hassan. Walaupun dulu aku masih anak-anak, tapi aku sudah cukup mengerti persoalan yang dibahas dan sangat menikmati pula cara Bu Rieny memaparkan solusi atas permasalahan yang diajukan. Ulasannya begitu pas dan mengena. Sangat mencerahkan.
Setelah menikah kini, aku sesekali saja suka membeli NOVA. Karena terus terang aku agak kecewa dengan tampilan NOVA sekarang. Terlalu banyak iklan. Dalam hal berita dan peristiwa juga menurutku agak basi dan ketinggalan dibanding yang lain. Yang lebih mengecewakan lagi adalah bila, setelah membelinya, aku baru tahu bahwa pada edisi kali itu tidak ada rubrik Tanya Jawab Psikologi favoritku.
Sekarang kekecewaanku terobati karena aku tinggal meng-klik www.tabloidnova.com untuk mengakses tulisan-tulisan Bu Rieny. Gratis dan praktis 🙂
Beberapa hari lalu aku puas membaca beberapa problema keluarga dan rumah tangga yang ada di NOVA online. Rupanya begitu beragam masalah yang dihadapi orang-orang dalam kehidupan mereka. Ada yang kewalahan dengan sikap suami yang keras dan pelit, ada yang mengalami ketidakcocokan dengan ipar dan mertua, ada pula masalah remaja yang hamil di luar nikah, sampai masalah mereka yang terjebak dalam drama perselingkuhan. Tampaknya setiap keluarga pasti memiliki masalahnya sendiri-sendiri. Meski dengan berbagai tingkatan intensitas, dari ringan sampai berat. We never know what happen behind the closed door. Begitu kata-kata yang sering disitir Oprah.
Banyak keluarga yang dari luar kelihatan sangat bahagia dan baik-baik saja, namun nyatanya menyimpan segudang permasalahan yang teramat pelik. Yaa…namanya hidup, masalah tentu niscaya ada. Yang sangat disayangkan adalah bila masalah itu timbul dari sikap kita yang salah dan menyimpang.
Misalnya masalah anak atau orang tua yang mengidap penyakit tertentu. Kita bisa bilang bahwa masalah itu datang dari-Nya sebagai ujian dan cobaan untuk kita. Tapi bila ada anak remaja yang hamil di luar nikah, atau rumah tangga yang berantakan karena tragedi perselingkuhan, maka bisa dibilang bahwa itu masalah yang dicari sendiri atau diada-adakan. Kalau kita menjalani hidup dengan lurus-lurus saja, niscaya malapetaka itu bisa terhindarkan atau diminimalisir.
Mungkin sekali dua kali kita tergoda untuk menyimpang, tapi mudah-mudahan kita selalu ingat bahwa keluarga adalah yang utama.
Kembali ke masalah konsultasi psikologi. Sepertinya itu bukan hal yang aneh lagi di Barat (US) sana. Bahkan mungkin sudah termasuk ke dalam kebutuhan pokok. Seiring dengan tekanan hidup yang makin tinggi, stress yang dialami juga makin meningkat. Lantas orang butuh pelepasan untuk menyalurkan perasaannya, orang butuh orang lain yang bersedia untuk mendengarkan segala masalahnya. Bila tidak ada yang sukarela mau mendengar, maka terpaksa harus membayar jasa konsultan psikolog secara professional. Seingatku Oprah pernah bilang kata-kata yang intinya begini: “Alasan aku tidak membutuhkan untuk pergi ke psikolog adalah karena hampir tiap malam aku menceritakan semuanya kepada Gayle…” Gayle King is her best friend. Jadi, tiap orang pasti butuh seseorang atau sesuatu (misalnya hobi) untuk menyalurkan perasaannya.
Kalau di Indonesia, sepertinya masih agak jarang ada orang yang mau mendatangi jasa psikolog. Alasannya adalah karena orang masih susah dengan basic needs, boro-boro memenuhi kebutuhan psikologis seperti itu yang mana termasuk next level of needs. Alasan lainnya, masih ada anggapan bahwa yang mendatangi psikolog hanyalah mereka yang punya masalah serius atau sakit jiwa.(*Padahal pada hakikatnya, bukankah kita semua ini adalah orang yang jiwanya masih sakit?*)
Kadang memang, kalau mengadu pada orang yang tidak tepat, bukannya masalah terselesaikan dengan baik, malah justru aib diri tersebar kemana-mana. Lagipun memang, ada orang-orang tertentu yang masukannya sangat pas dan enak didengar, sebaliknya banyak pula orang yang sebaiknya tidak kita mintai pendapat. (*Lagi-lagi berkaitan dengan bakat diri*). Dan Bu Rieny menurutku adalah orang yang sangat mumpuni di bidang itu. Mungkin banyak orang bergelar Psikolog, tapi tidak banyak yang masukannya sangat mencerahkan. Seperti yang kudapat setiap membaca solusi dari Bu Rieny.
Maaf bila tulisan ini tidak fokus dan melebar kemana-mana. It’s been soooo long since I done my last writing. 🙂