Terima kasih telah mencintaiku sedemikian rupa, hingga getarannya sampai ke jiwa.
Archive for ◊ 2020 ◊
Aku berpikir, apa yang akan berubah nantinya, setelah akad suci itu terjadi? Dia tetap suamiku. Dia tetap ayah dari anak-anakku. Hanya saja dia kini juga menjadi bagian dari seseorang yang lain.
Harta dan materi walaupun mudah dibagi tentu tak harus dibagi bila jumlahnya mencukupi. Tapi keberadaan diri pastilah terbagi kecuali bisa menduplikasi diri.
Jadi apa yang berubah setelah ini? Cintanya tetap penuh. Kasih sayangnya tetap utuh. Walaupun dia membangun sebuah hubungan lain yang juga utuh di luar denganku. Seperti tulisan Keajaiban Cinta sebelumnya, cinta itu bisa dipungut out of thin air.
Terlebih lagi, Cinta kami kepada Allah mengukuhkan ini semua. Karena kami melakukannya hanya karena Allah. Kami melakukannya karena ingin mensyiarkan Sunnah Rasulullah dengan baik. Tentu tidak mudah, tapi ini mungkin untuk dilakukan.
Laa haula wa laa quwwata illaa biLlah.
Mencoba kembali ke diri dan bertanya pada hati kecil, untuk apa aku melakukan ini semua. Sebuah jalan terjal mendaki yang mungkin akan dicemooh oleh banyak orang. Mencoba merenungkannya pada malam-malam sepi saat bermunajat kepada-Mu, dan mendapatinya sebagai keyakinan bahwa ini ketentuan dari-Mu. Kami sungguh bukan Nabi atau orang suci. Ini tentu tak layak disandingkan dengan mimpi Nabi Ibrahim as menyembelih Ismail as kecil. Juga bukan sesuatu yang diwahyukan kepada Ummi Musa as untuk meletakkan bayi Musa ke dalam Tabut dan menghanyutkannya demi menyelamatkannya. Bukan. Ini pasti jauh dari itu. Tapi yang pasti ini adalah ikhtiar kami untuk mendekatkan diri kepada-Mu. Dan apakah ada yang lebih penting selain berupaya memperoleh cinta-Mu? Berupaya menjadi hamba yang didekatkan (al-muqorrobuun)?
Orang bisa berkata apa saja dan itu adalah hak mereka. Bukanlah kita akan dihisab bahkan untuk amalan sebesar biji sawi?
Ya Allah kuatkanlah kami menjalani semua ketetapan-Mu. Berikan penerimaan yang luas atas segala yang telah Engkau gariskan di Lauh Mahfuzh. Sesungguhnya kami hamba yang lemah. Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dari-Mu.
Meresapi rasa dengan cara perlahan. Berpikir dan berhenti sejenak. Mensyukuri tiap nafas keluar masuk yang diberi tanpa dibeli. Allah itu Maha Pemurah.
Hidup tergesa kerap membuat lelah. Pikiran sibuk tak tentu arah. Bekerjalah, tapi bawa ketenangan itu dalam setiap gerak kerjamu. Persembahkan itu sebagai sesuatu yang abadi. Yang akan kau bawa ke hadapan Sang Raja.
Hidup memang kadang terasa berat. Ada saat ingin menyerah kalah. Mundur saja sejenak. Mungkin ini waktunya rehat. Tarik nafas, biarkan sedih mengendap.
Aku meresapi rasaku semalam. Ingin menganggap setiap momen adalah keajaiban. Saat kulit bersentuh kulit dan merasakan kehangatan yang merasuk ke dalam. This too shall pass. Sedih bahagia pasti akan berlalu. Tak ada yang abadi kecuali Wajah-Nya Ta’ala. Terima kasih atas rasa yang Kau semat di dadaku ini ya Allah. Seringkali yang terpenting bukanlah apa pemberiannya, tapi siapa Pemberinya.
Manusia itu tempatnya salah dan lupa. Sometimes we feel like we have every right to be mad at someone else’s fault, we feel like revenge is the most satisfying thing to feed our ego.
My spouse hurt me so bad by spending outrageous amount of money for buying 15 pieces of clothes in just 2 days. Something that is beyond our family value of careful spending. He has right to do so because it is his money, but to do that it’s just not like him. He’s not the man I used to know. I feel that I lost him. Deep down I want to revenge by buying whatever I want at any cost. But I realize that it is not a right thing to do. So now I cry, letting go all my feeling to Allah.