Archive for ◊ 2020 ◊

11 Jul 2020 A Night to Remember
 |  Category: Uncategorized  | Leave a Comment

Dilanda insomnia belakangan ini. Sulit terpejam dengan banyak hal berputar di kepala. I cried for no reason. Memandangi dia yang tertidur pulas di sebelahku. Menyadari bahwa masa depan adalah sesuatu yang tak bisa ditebak. Membayangkan dan mengkhawatirkan hal yang belum terjadi. Silly me. Lalu aku mencoba menyelami, apa penyebab keharuan ini. Kemelekatan dengan makhluk adalah penghalang penghadapan sepenuhnya pada Dia. Aku menangis membayangkan betapa beratnya meredam keegoan diri untuk memilikinya sepenuhnya. Aku adalah aku. Kau adalah kau dengan jalan hidupmu sendiri. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan. We never know if our path come across with someone else’s path.

Peraduan, Sat, July 11, 2020, 01.00

15 Jun 2020 Menulis
 |  Category: Uncategorized  | Leave a Comment

Menulis adalah memasuki gua-gua kesunyian. Berpikir, merenung dan berbicara pada diri sendiri. Menemukan mata air jernih yang menyegarkan diri.
Ayo Diri, asingkan dirimu dari dunia! Cari Suara Tuhanmu dalam kesunyian itu.

06 Jun 2020 Sholat
 |  Category: Uncategorized  | Leave a Comment

Sebuah jumpa temu Robb dan hamba-Nya
Hamba berdiri dengan hati pasrah jiwa berserah
Segala puji bagi Engkau ya Allah
Ya Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Pada-Mu kami menyembah dan memohon pertolongan

Tuhan menyambut dengan tangan terbuka
Hambaku, kau datang berjalan Aku datang berlari
Pintalah semua, akan Kuberi
Akulah Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Berdiri, ruku, dan sujudlah demi Keagungan-Ku.

17 Apr 2020 Umat Pertengahan
 |  Category: Uncategorized  | Leave a Comment

Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Matrikulasi Grup WhatsApp Nouman Ali Khan Indonesia

Dalam video ini Ustadz Nouman membahas tentang Surah Al-Baqoroh ayat 143.

Dan demikian itu Kami telah menjadikan kamu umat yang pertengahan agar kamu menjadi saksi atas manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas kamu….”

Predikat istimewa yang disematkan Allah kepada umat Islam sebagai umat pertengahan membawa konsekuensi dan tanggung jawab yang berat yaitu menjadi saksi bagi seluruh umat manusia. Kita harus menjadi duta Islam bagi seluruh umat manusia. Kita membawa nama Islam ketika berbicara, membawa nama Islam ketika berprilaku, membawa nama Islam ketika berbisnis dan bergaul dengan orang lain. Kita terus menjadi saksi atas kemanusiaan bahwa seperti inilah umat Islam itu.

Konsekuensi menjadi saksi itu berat. Di Hari Pengadilan nanti orang di sekitar kita yang berinteraksi dengan kita akan bersaksi yang memberatkan bila kita tidak menjadi duta Islam yang baik. Jadi pilihannya antara dua: kita yang menjadi saksi atas mereka atau mereka yang menjadi saksi atas kita.

Selanjutnya dalam ayat itu juga disebutkan: ‘agar Rasul jadi saksi atas kamu sekalian’. Ini juga hal yang berat. Rasulullah di penghujung ayatnya meminta kita semua menjadi saksi. Beliau bertanya pada umat Islam: “Bukankah sudah aku sampaikan risalahku? Bukankah aku sudah melaksanakan tugasku sebagai Rasul?” Dan kita menjawab: “Ya, engkau telah menunaikan amanahmu dan engkau telah menasihati ummat.” Rasul menjawab: “Siapapun yang hadir hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir.”

Kita harus menjadi saksi yang baik atas umat manusia karena kalau tidak Rasul akan berhujjah atas kita di hari kiamat.

12 Apr 2020 Perpecahan Umat
 |  Category: Uncategorized  | Leave a Comment

Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Matrikulasi Grup WhatsApp Nouman Ali Khan Indonesia

Ceramah ini disampaikan Ustadz Nouman Ali Khan pada tahun 2013.

Ustadz Nouman membahas tentang Surah Asy Syuura (42) ayat 14.

“Dan mereka tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya ilmu karena kedengkian antara mereka. Kalau tidaklah karena ketetapan yang telah terdahulu dari Rabbmu sampai waktu yang telah ditentukan, pasti mereka sudah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi kitab sesudah mereka benar-benar dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu.”

Allah berfirman dalam ayat ini tentang umat beragama yang berpecah belah satu sama lain. Mereka tidak berpecah-belah kecuali setelah turun ilmu pengetahuan kepada mereka.

Orang yang berilmu pengetahuan disebut ulama. Ulama semestinya menyatukan ummat. Tapi ada ulama yang justru menggunakan ilmunya tidak untuk menyatukan ummat. Mengapa demikian? Karena ‘baghyan bainahum’ atau karena kedengkian di antara mereka.

Ustadz Nouman berpendapat arti yang paling mendekati dari kata ‘baghyan’ adalah dorongan untuk mendominasi orang lain (urge to dominate the others). Ada rasa ego, rasa bangga diri, merasa diri paling penting yang bertujuan menaklukan atau mengalahkan orang lain.

Di sisi lain, perbedaan pendapat itu bisa menunjukkan kesombongan atau arogansi. Yaitu mereka yang meributkan suatu perkara karena egoisme bukan karena mencari kebenaran atas perkara itu sendiri. Bisa jadi sumber dalilnya sama-sama Al-Qur’an Dan Hadits tapi tujuannya bukan tulus mencari kebenaran melainkan membuktikan bahwa ‘saya benar’ dan ‘anda salah’. Hal inilah yang sangat perlu kita waspadai sebagai ummat.

Tujuan kita mengoreksi orang lain bukanlah untuk menjatuhkan mereka, bukan untuk menunjukkan betapa benarnya kita dan betapa salahnya mereka, melainkan karena kepedulian dan kasih sayang. Untuk itu koreksi seharusnya disampaikan dengan penuh kerendahhatian dan cinta.

Cara yang arogan dalam mengoreksi orang lain justru membuat argumen kita tertolak. Tidak ada orang yang senang merasa terkalahkan.

Ulama terdahulu memiliki adab yang mulia dalam berbeda pendapat. Pertama mereka mendoakan orang yang berbeda pendapat menyebut dengan kata ‘rahimahuLlah’ atau ‘yang dirahmati Allah’, lalu menyampaikan: “Saya berbeda pendapat dalam hal ini dan itu, saya berpendapat demikian.” Diakhiri dengan kata ‘waLlahu a’lam’ atau Allah Yang Paling Tahu kebenarannya.

Kalau cara kita salah mengoreksi orang lain, bukan kebaikan yang akan kita dapat, justru perpecahan dalam tubuh ummat.

Allah amat murka pada perpecahan ummat. Kalau tidaklah karena ketetapan yang telah ditetapkan terdahulu, Allah pasti akan menghukum ummat yang terpecah-belah.

Konsekuensi dari berpecah-belah ini ditanggung oleh generasi selanjutnya. Lafii syakkin minhu muriib. Syakk adalah keraguan yang menghapus kayakinan. Mereka akan ragu-ragu pada agamanya. Muriib adalah keraguan yang menghambat orang melakukan sesuatu.

Orang-orang muda yang melihat perpecahan ummat akan lari dari agama ini karena melihat orang yang dituakan saling menyalahkan satu sama lain. Anak-anak akan lari dari Mesjid. Karena bingung dan ragu-ragu, mereka meninggalkan agama keseluruhannya. Itulah konsekuensi dari perpecahan umat. Karena kita seringkali meributkan hal yang remeh, kita melupakan prioritas yang penting yaitu generasi muda kita. Mereka butuh teman untuk bicara.

Jadi jangan abaikan bahaya perpecahan dalam tubuh ummat. Prioritaskan generasi muda agar mereka tetap yakin pada agamanya.