Dalam Shubuhku tadi pagi Allah mengilhamiku. Kamu menyerahkan yang kamu cintai itu kepada Allah, jadi transaksinya sama Allah. Jangan berharap apapun dari makhluk. Tanggung jawabmu adalah atas apa yang kamu perbuat, bukan yang lain.
Archive for ◊ 2023 ◊
Ketika hari libur tiba, langsung diri ini berangan dan berencana: “Libur enaknya ngapain ya? Jalan-jalan ke mana ya?” Lantas segera membayangkan asiknya kalau bisa begini dan begitu. Tapi lalu terpikir perjalanan yang harus ditempuh, pergi dan pulangnya. Akhirnya merasa, di rumah juga asik. Bisa nonton film seru, rebahan di kamar yang dingin sambil ngemil enak. Lantas terpikir tentang berbagai kenikmatan syurga yang Allah sebutkan dalam Qur’an. Buah-buahan, naungan yang teduh, pohon-pohon rindang, permadani yang tebal, perhiasan dunia, taman yang mengalir di bawahnya sungai. Pretty much sums up aneka bentuk-bentuk kenikmatan yang sudah kita jumpai di dunia saat ini. Dunia, ya begini aja. Mau bagaimana lagi?
Bagi orang yang amat cintanya pada Allah, kerinduannya pasti hanya satu, bagaimana bertemu Wajah Allah Ta’ala Yang Maha Agung.
Maraknya berita perselingkuhan dan perceraian artis yang marak di media sosial sungguh bikin diri ini miris dan mengelus dada. Semuanya bagai meneguhkan asumsi bahwa menjalani pernikahan itu ga mudah. Menyatukan dua pribadi suami dan istri itu ga mudah. Pernikahan itu komitmen. Butuh kerja keras untuk merawat dan memeliharanya. Kita tak boleh lari dari hal-hal yang tidak kita sukai dalam pernikahan.
Aku dan suami sudah 22 tahun menjalani pernikahan kami. Alhamdulillah aku bersyukur dipasangkan oleh Allah dengan orang yang tepat. Yang dengannya hidupku dipenuhi kebahagiaan. Pernikahan ini mudah kujalani. Kami mengisi satu sama lain. Tidak pernah ada pertengkaran yang benar-benar besar terjadi antara kami. Semua berjalan baik. Dulu di diaryku aku pernah menuliskan doa agar Allah memberiku pendamping yang sholeh, yang bisa membimbingku ke syurga dan menjauhkanku dari jurang neraka. Urusan surga dan neraka memang hak prerogatif Allah di akhirat nanti, tapi setidaknya aku sudah merasakan ‘syurga’ ku di dunia ini.
Alhamdulillah berkesempatan menonton film Hamka sebelum turun tayang dari bioskop. Sudah agak sepi penonton saat aku nonton siang ini.
Opening scene-nya cukup membuat haru. Digambarkan saat Buya dijenguk Ummi dan ketiga anaknya di penjara. Kisah lalu digambarkan secara kilas balik ke belakang.
Istri Buya Hamka adalah Siti Raham. Beliau menemani Buya selama 43 tahun, begitu yang aku baca di biografinya.
Di scene awal-awal juga ada adegan Buya Hamka menolak tawaran sejawatnya yang ‘menitipkan’ anaknya untuk dijadikan istri kedua. Tapi Buya menolak karena khawatir tak dapat berlaku adil. Mungkin Beliau juga tak tega menyakiti istrinya yang sudah berjasa besar bagi Beliau. Istrinya tetap setia walaupun hidup kekurangan (digambarkan mereka bahkan tak memiliki 2 sajadah supaya bisa sholat berjamaah, jadi harus bergantian).
Istrinya mendorongnya untuk menerima tawaran sebagai pimpinan tabloid Pedoman Masyarakat. Tabloid baru yang tidak memungkinkan bagi Buya untuk membiayai dan membawa serta istri dan anak-anak bersamanya. Mereka tinggal berpisah jarak. Beliau mempercayakan anak-anak kepada istrinya. Ada adegan juga di mana putra mereka Hisyam sakit dan meninggal dunia tanpa didampingi Ayahnya. Toh, Ummi Raham tetap tegar. Di situ aku terharu. Betapa peran istri amat besar bagi suaminya. Para istri itu mungkin tak terukir namanya dalam sejarah, tetapi mereka adalah pendukung utama perjuangan suami di luar rumah. Tak mungkin suami dapat berperan besar tanpa ada keluarga yang menyokongnya.
Aku otomatis teringat anak-anak di rumah. I am their safe place. Aku harus selalu ada saat ayah mereka tiada. Buya menitipkan pendidikan anak-anak pada Ummi dengan mengatakan: “Ummi adalah guru anak-anak kita.” Aku membayangkan suami yang mengatakan itu kepadaku. Saat kuceritakan ini, Mas merespon demikian.
Bunda juga istri yang setia menemani mas lebih dari 20 tahun dalam suka dan duka. Makasih ya Bunda sayang. I love you.
Bayangkan sebuah kitab
Yang ada di hadapanmu
Ia mencatat segala
Kau sholat tapi tak khusyu’
Kau mengaji tapi tak mengambil pelajaran
Kau belagak baik tapi hatimu busuk
Kau memberi tapi mengharap pamrih
Kau banyak menyimpan amarah
Iri dengki
Kurang bersyukur atas nikmat
Kau tidak patuh taat dengan suami
Kau suka menyakiti hati orang lain
Dan lain-lain
Dan lain-lain
Tak kunjung habis halaman dosa itu
Duh, malunya!
Ajari aku ya Tuhan
Cara menebus semua dosa-dosaku
Aku tunduk patuh
Pada Engkau Yang Maha Luas ampunannya