Mencoba kembali ke diri dan bertanya pada hati kecil, untuk apa aku melakukan ini semua. Sebuah jalan terjal mendaki yang mungkin akan dicemooh oleh banyak orang. Mencoba merenungkannya pada malam-malam sepi saat bermunajat kepada-Mu, dan mendapatinya sebagai keyakinan bahwa ini ketentuan dari-Mu. Kami sungguh bukan Nabi atau orang suci. Ini tentu tak layak disandingkan dengan mimpi Nabi Ibrahim as menyembelih Ismail as kecil. Juga bukan sesuatu yang diwahyukan kepada Ummi Musa as untuk meletakkan bayi Musa ke dalam Tabut dan menghanyutkannya demi menyelamatkannya. Bukan. Ini pasti jauh dari itu. Tapi yang pasti ini adalah ikhtiar kami untuk mendekatkan diri kepada-Mu. Dan apakah ada yang lebih penting selain berupaya memperoleh cinta-Mu? Berupaya menjadi hamba yang didekatkan (al-muqorrobuun)?
Orang bisa berkata apa saja dan itu adalah hak mereka. Bukanlah kita akan dihisab bahkan untuk amalan sebesar biji sawi?
Ya Allah kuatkanlah kami menjalani semua ketetapan-Mu. Berikan penerimaan yang luas atas segala yang telah Engkau gariskan di Lauh Mahfuzh. Sesungguhnya kami hamba yang lemah. Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dari-Mu.