Saat aku menanyakan sulung perempuanku apakah ia mau bergabung dalam acara buka puasa bersama angkatannya, ia menjawab ‘tidak’ dengan definitif. Tidak juga berubah pendiriannya setelah aku berulang kali membujuk bahwa itu adalah acara bukber terakhir di 6 tahun kebersamaannya di SD. Jawabannya singkat, tapi kupahami betul rasanya: “Aku ga punya teman, Bun.”
Aku pun sesungguhnya tidak punya seorang pun teman yang benar-benar selevel sahabat. Walaupun untuk acara-acara demikian aku cenderung hadir. Aku tahu betul rasanya seperti dia. Tak mudah untuk ‘fit in’ atau ‘blend in’ dengan teman-teman. Waktu masih sekolah dulu, teman-teman mengerubungiku sebatas kebutuhan mereka menyelesaikan tugas atau PR.
Tapi setelah aku pikir-pikir, ini bukan masalah. Memang pembawaan masing-masing orang yang berbeda. Tidak bisa dipaksakan. Sempat beberapa kali aku membincangkan ini dengan suami. Perihal anak-anak kami yang pendiam walaupun cerdas dan mempunyai prestasi baik di sekolah. Kesimpulannya, ya memang itu sudah pembawaan kami. Aku dan suamipun demikian. Mas pernah bilang bahwa teman dekatnya ya hanya aku. Sebaliknya, aku pun merasa demikian. Tidak ada yang ‘klik’ betul denganku kecuali pasangan hidupku. And I very grateful for that. At least, we can find comfort in each other companion.
Kembali lagi ke anakku. Setelah kutelisik, temannya yang cukup dekat adalah 2 teman main di lingkungan rumah. Cukup dekat tapi tidak teramat dekat. Kalau remaja seusia dia suka membuat konten Tiktok, anakku sangat anti bahkan untuk sekedar difoto. Dia hanya suka menonton. Kalau yang lain tergila-gila dan jadi K-Pop lover, anakku jelas-jelas tidak. Tapi menarik juga lanjutan perkataannya kemarin. “Aku dulu ga pendiem-pendiem banget, tapi terus jadi pendiem dan keterusan sampe sekarang. Nanti SMP aku ga mau pendiem dari awal ah.”
Mungkin baginya, yang sekarang sudahlah, toh, dia akan pindah ke sekolah baru tak lama lagi.
Anakku, jalan hidupmu masih panjang. Kelak kau akan tahu, yang terpenting adalah menjadi diri sendiri yang otentik. Orang mungkin tidak mengerti kita, it’s okay, as long as we true to ourselves. Jadilah saja dirimu sendiri, sebaik-baik dari dirimu sendiri.