Thursday, November 23, 2006, 00.09
Ini kudapat dari perbincangan dengan seorang ibu di tengah antrian membayar tagihan PAM. Kutangkap kesan bahwa ibu satu ini adalah orang yang cukup berada. Seorang fully housewife yang bersuamikan pria kaya. Usia sekitar 40-an tapi hanya mempunyai seorang anak yang bersekolah di sekolah mahal. Cukup cerdas dan tidak buta ATM kurasa. Saat kusarankan untuk sekali-sekali membayar tagihan listrik melalui ATM agar tidak merepotkan ia malah terlihat enggan. “Ga usah ah, nanti saya ga ada kerjaan lagi. Lagian sekalian antar jemput anak.”
Bagiku waktu itu, ia terdengar seperti orang yang mencari-cari sesuatu yang dapat dikerjakan. Mencari-cari sesuatu yang dapat dilakukan untuk mengisi hidup ini. Mungkin ia punya begitu banyak waktu lowong karena semua pekerjaan rumah sudah ada yang mengerjakan, lalu akhirnya berlama-lama antri membayar tagihan menjadi salah satu cara baginya untuk menyibukkan diri.
Apa sebenarnya yang penting dalam kehidupan ini? Mengapa yang seringkali kujumpai adalah hal remeh temeh yang membuat hidup ini jadi begitu meletihkan. Infotainment-infotainment yang sibuk membahas panjang lebar soal artis yang kehidupannya sama sekali gak ada hubungannya dengan kita. Sinetron-sinetron picisan yang gak jelas ujung pangkal dan juntrungannya. Seolah mereka hadir hanya untuk ‘mengisi’ kekosongan dalam hidup kita. Membuat kita ‘melakukan sesuatu’ daripada tidak melakukan apa-apa sama sekali. Membuat kita merasa ‘ada yang ditunggu’ kelanjutan ceritanya keesokan hari.
Thanks to Teteh, aku jadi punya banyak waktu luang sebulan belakangan ini. Kadang malah sampai bosan hidup bagai pengangguran. Coba mencari-cari kesibukan yang bermanfaat dan bermakna untuk mengisi hidup. Jadi berpikir banyak tentang teman-teman yang ada di sekelilingku. Susah juga mencari teman yang cocok dan enak diajak ngobrol di lingkungan ibu-ibu yang heterogen. Perbedaan usia, tingkat pendidikan, minat dan hobi sering menjadi kesenjangan dalam berkomunikasi. Aku belum bertemu orang yang cukup ‘dalam’ dan berwawasan yang bisa memberi penyegaran ketika mengobrol. Ordinary mom is always complaining about everything.
hai mba..komen lagi ah, gw di rumah bikin aturan no tv for us, jadi ga pernah tau tentang sinetron and infotainment, baca berita cuman lewat detik.com atau kompas.com…kalo mau tau something tinggal searching di google, dulu sewaktu pertama kali pindah ke brunei, saya juga bingung cari2 kesibukan gitu, kadang bosan, sibuk menjajaki sifat ibu-ibu indonesia yang heterogen dari perbedaan usia, latar pendidikan, etc etc…..
Alhamdulillah sekarang saya sudah nemu yang klik..walaupun jumlahnya sedikit banget, setiap yasmin (anak gw) pergi skolah biasanya saya mencari2 kesibukan diluar, hari senin-rabu olah raga, selasa ngaji, kamis pertemuan book club…mayan lah, karena kalo yasmin di rumah gw sibuk banget juga sih, nemenin doi maen, bacain buku, nyuapin yah rutinitas ibu2 lah, beruntung ada asisten di rumah yang mengurus cucian and beres2 rumah jadi bisa beraktifitas yang positif…ayo mba semangat pasti ada kok ordinary mom yang positip seperti mba nurul tapi mang harus telaten nyari sih hehehe
Saya dulunya juga orang yang aktif, sibuk dengan pekerjaan saya sebagai lecturer dari 3 perguruan tinggi. Pada suatu kali suami saya kena stroke dan saya ikut di rumah sakit. Sejak itu saya sering banget keluar masuk rumah sakit dan saya melepaskan pekerjaan saya minta pensiun. Hampir 3 bulan yang lalu suami meninggal setelah 10 bulan stroke fatal dan dirawat di rumah saja. Memang awal2nya saya jadi gamang juga, tetapi seminggu ini semangat saya bangkit lagi. Saya jadi tau pelajaran apa yang saya dapat selama mengurus suami dan insya Allah bisa memberi manfaat pada orang lain. Ternyata, kita tuh musti mengerti apa tujuan Allah memberi cobaan pada kita… Mari kita saling mendoakan mudah2an hidup kita ini bisa diisi dengan hal2 bermanfaat sebagai bekal kita ‘pulang’ nanti….!!!
Terima kasih atas sharingnya ya Bunda.
Dulu di rmh kan blm ada akses internet, jd kyknya pikiran terasa cupeet… bgt. Ada suatu kehausan intelektual yang tak terpenuhi. Terlebih, ibunya temen2 anak saya kan kebanyakan lulusan SMU (tanpa bermaksud merendahkan loh ya). Cuma, we don’t share the same issue. Yang sarjana jadi wanita karir semua. Jadi kesepian deh.