Barusan Mas telfon. Jam 7 an malam gini memang Mas seringkali nelfon kalau belum pulang dari kantor. Entah menanyakan minta dibawakan apa nanti, mengabarkan sedang akan berkemas pulang, atau malah memberitahukan akan pulang agak malam karena banyak urusan.
Tumbennya, malam ini Mas mengajak keluar berdua saja. Tanpa anak-anak. Alfath yang sudah mengerti merengek minta ikut. Menuduh ayah bundanya jahat karena tak mau mengajak anak-anak. Dasar anak-anak. Belum mengerti bahwa orangtua kadang butuh waktu untuk berdua saja. Untuk sekedar ngobrol santai dari hati ke hati, lepas dari rutinitas hidup dan perkawinan yang lama kelamaan tak terasa istimewa karena terlalu biasa. Untuk sekedar melepas lelah sejenak dari kelelahan, mencari sebuah sanctuary untuk berteduh bersama. Untuk saling mendukung dan mengokohkan satu sama lain, agar menjadi orang tua yang kokoh menaungi anak-anak bersama.
Kadang-kadang, suami istri begitu asyik menjadi ayah dan bunda, sehingga lupa bahwa mereka adalah juga sepasang kekasih.
Enaknya bisa berduaan. Buat saya itu barang langkah mbak karena kita cuma bertigaan aja di rumah, ke mana2 anak pasti ikut.
Aku sih mikirnya kadang mungkin kebanyakan waktu berdua Mas Bas aja, tapi aku merasa butuh jadi ya waktu2 begini malah sering qta rencanain jauh2 hari.
Ke Bandung berdua, di wiken makan malem di luar berdua. Sebenernya bukan cuma waktu berdua yang qta butuh, waktu dengan temen2 tanpa Bas & anak2 juga, Bas juga gitu tapi biasanya kalo dia lagi mo sendiri karena mo ngurusin taneman yang jadi hobinya ;o)
Aku sih mikirnya kadang mungkin kebanyakan waktu berdua Mas Bas aja, tapi aku merasa butuh jadi ya waktu2 begini malah sering qta rencanain jauh2 hari.
Ke Bandung berdua, di wiken makan malem di luar berdua. Sebenernya bukan cuma waktu berdua yang qta butuh, waktu dengan temen2 tanpa Bas & anak2 juga, Bas juga gitu tapi biasanya kalo dia lagi mo sendiri karena mo ngurusin taneman yang jadi hobinya ;o)
Bagusnya sih kalo itu rutin, biar ada energy tambahan buat ngurus rumah tangga dan anak-anak…
Benar juga ya Nurul…Tapi aku kadang keluar berdua sama uda buat nonton, makan, belanja atau cuma keliling pake motor aja, rasanya ga lega gitu…Selalu diringi perasaan bersalah karena harus menitipkan daffa ke pembantu, atau khawatir dia kenapa-napa sedang aku tak ada disampingnya. Apa aku harus lebih tega ya?
Akhirnya yang terjadi malem itu adalah demikian: Kami akhirnya pergi berempat dengan Halim dan Alfath yang tetap ga mau ditinggal.
Mas ternyata lagi ngidam makan sate padang yang emang ga pernah kita temuin selama di Sby ini. Nyari sampe ke ujung Juanda muter2 sampe hampir 1 jam ga ketemu juga, akhirnya malah makan di warung lesehan yang ada persis di depan komplek rumah kita.
Jadi ga ada deh, romantis-romantisnya sama sekali …
🙁
Ketika anak2 kecil, kesempatan saya pergi berduaan adalah kalo kita mo kumpul2 dengan temen2. Iman dan saya adalah orang2 yang senang sekali kumpul2. Makanya sampai jadi anggota rotary club juga intinya karena suka kumpul2. Anak2 udah ngerti kalo kita mo ke tempat kumpul temen2 gitu artinya ayah dan ibu pergi berdua aja….!
Di hari tua kami kenyataannya kami juga tinggal berdua aja… anak2 pergi jauh dari kami!!!
Sekarang ketika Iman sudah ‘pulang’, justru anak2 ingin selalu dekat dengan saya dan dapat mudah mengunjungi ‘rumah’ ayahnya!!!