Ingin sejenak merefleksi sepenggal pengalaman pribadi.
Sebagai seorang santri, aku berjilbab sejak Tsanawiyah/ SMP. Usai 3 tahun nyantri, aku melanjutkan ke SMA umum. Alhamdulillah konsisten berjilbab sekeluarnya dari pesantren. Terus terang aku bukan termasuk akhwat berjilbab lebar. Tapi insya Allah tetap menutup jilbab sampai ke dada. Aku ingat selalu berdoa: Ÿa Allah….aku berusaha menutupi mahkota rambutku dengan berjilbab, maka lindungilah aku dari ‘insiden’atau ‘ketaksengajaan’yang membuat seorang pria non mahrom melihat auratku (terutama rambut)”.
And you know…it wasn’t easy. We live in a very small house. A tiny two-bedrooms-house. You can see through to my back door when you standing in the front door. So not so much space available ‘to hide’. My activities were revolved around that limited space. I was wearing jilbab at home most of the time, but of course…not all the time.
Masuk kuliah semester 3 mulai ada pria yang serius mau menikah denganku. Dalam masa sebelum menikah itu, cukup sering Mas bertandang ke rumah. Karena waktu itu HP belum sepopuler sekarang, jadi Mas kadang datang mendadak tanpa memberi kabar. Alhamdulillah-nya timing kedatangannya selalu pas ketika aku sedang berjilbab atau aku sedang dalam posisi yang memungkinkan untuk segera lari dan mengambil jilbab. Allah melindungi aku. Aku bertekad menutup aurat dan Allah mengabulkan niat baikku. Alhamdulillah…tak pernah sekalipun Mas melihatku tanpa hijab sebelum hari pernikahan kami. Tepat di usia 20, aku genapkan separuh agamaku.
08
Feb
2015
Kesungguhan Niat
Category: Uncategorized
|
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed.
You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply
» Log in