Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Matrikulasi Grup WhatsApp Nouman Ali Khan Indonesia
Ceramah ini disampaikan Ustadz Nouman Ali Khan pada tahun 2013.
Ustadz Nouman membahas tentang Surah Asy Syuura (42) ayat 14.
“Dan mereka tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya ilmu karena kedengkian antara mereka. Kalau tidaklah karena ketetapan yang telah terdahulu dari Rabbmu sampai waktu yang telah ditentukan, pasti mereka sudah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi kitab sesudah mereka benar-benar dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu.”
Allah berfirman dalam ayat ini tentang umat beragama yang berpecah belah satu sama lain. Mereka tidak berpecah-belah kecuali setelah turun ilmu pengetahuan kepada mereka.
Orang yang berilmu pengetahuan disebut ulama. Ulama semestinya menyatukan ummat. Tapi ada ulama yang justru menggunakan ilmunya tidak untuk menyatukan ummat. Mengapa demikian? Karena ‘baghyan bainahum’ atau karena kedengkian di antara mereka.
Ustadz Nouman berpendapat arti yang paling mendekati dari kata ‘baghyan’ adalah dorongan untuk mendominasi orang lain (urge to dominate the others). Ada rasa ego, rasa bangga diri, merasa diri paling penting yang bertujuan menaklukan atau mengalahkan orang lain.
Di sisi lain, perbedaan pendapat itu bisa menunjukkan kesombongan atau arogansi. Yaitu mereka yang meributkan suatu perkara karena egoisme bukan karena mencari kebenaran atas perkara itu sendiri. Bisa jadi sumber dalilnya sama-sama Al-Qur’an Dan Hadits tapi tujuannya bukan tulus mencari kebenaran melainkan membuktikan bahwa ‘saya benar’ dan ‘anda salah’. Hal inilah yang sangat perlu kita waspadai sebagai ummat.
Tujuan kita mengoreksi orang lain bukanlah untuk menjatuhkan mereka, bukan untuk menunjukkan betapa benarnya kita dan betapa salahnya mereka, melainkan karena kepedulian dan kasih sayang. Untuk itu koreksi seharusnya disampaikan dengan penuh kerendahhatian dan cinta.
Cara yang arogan dalam mengoreksi orang lain justru membuat argumen kita tertolak. Tidak ada orang yang senang merasa terkalahkan.
Ulama terdahulu memiliki adab yang mulia dalam berbeda pendapat. Pertama mereka mendoakan orang yang berbeda pendapat menyebut dengan kata ‘rahimahuLlah’ atau ‘yang dirahmati Allah’, lalu menyampaikan: “Saya berbeda pendapat dalam hal ini dan itu, saya berpendapat demikian.” Diakhiri dengan kata ‘waLlahu a’lam’ atau Allah Yang Paling Tahu kebenarannya.
Kalau cara kita salah mengoreksi orang lain, bukan kebaikan yang akan kita dapat, justru perpecahan dalam tubuh ummat.
Allah amat murka pada perpecahan ummat. Kalau tidaklah karena ketetapan yang telah ditetapkan terdahulu, Allah pasti akan menghukum ummat yang terpecah-belah.
Konsekuensi dari berpecah-belah ini ditanggung oleh generasi selanjutnya. Lafii syakkin minhu muriib. Syakk adalah keraguan yang menghapus kayakinan. Mereka akan ragu-ragu pada agamanya. Muriib adalah keraguan yang menghambat orang melakukan sesuatu.
Orang-orang muda yang melihat perpecahan ummat akan lari dari agama ini karena melihat orang yang dituakan saling menyalahkan satu sama lain. Anak-anak akan lari dari Mesjid. Karena bingung dan ragu-ragu, mereka meninggalkan agama keseluruhannya. Itulah konsekuensi dari perpecahan umat. Karena kita seringkali meributkan hal yang remeh, kita melupakan prioritas yang penting yaitu generasi muda kita. Mereka butuh teman untuk bicara.
Jadi jangan abaikan bahaya perpecahan dalam tubuh ummat. Prioritaskan generasi muda agar mereka tetap yakin pada agamanya.