Setelah menjalani pernikahan poligami selama beberapa waktu, ini yang dapat kusimpulkan sebagai istri dalam pernikahan poligami. Kurang intensnya komunikasi antar istri sekarang kupahami memang karena sulitnya posisi masing-masing, bukan karena salah satu pihak berniat buruk ingin memutus komunikasi. Maksudnya, by nature, posisi ini memang tidak mudah. Berikut beberapa alasannya:
- Tidak ingin mengganggu.
- Tidak ingin dicap ingin tahu urusan rumah tangga saudari madunya.
- Takut menyinggung perasaan. Kita tak pernah tahu bagaimana mood atau perasaan lawan bicara kita.
- Takut salah omong. Istri tidak pernah tahu bagaimana sikap suami kepada istri lainnya. Salah ucap bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman di salah satu pihak. Bukan tidak mungkin penyikapan suami beda dalam rumah tangganya dengan tiap istri. Tanpa sengaja bisa timbul rasa iri atau cemburu bila sikap suami berbeda.
Pada akhirnya aku menyimpulkan bahwa memang tiap RTT (Rumah Tangga Ta’addud) itu unik. Masing-masing punya caranya tersendiri yang nyaman untuk dijalani. Per saat ini aku memilih untuk menjalaninya masing-masing saja. Aku tidak menyimpan kemarahan tapi juga menjaga jarak aman agak tidak menyakiti dan tersakiti. I create my own space. I live my life as usual. Toh, suamiku tetap sama dulu dan sekarang. Ia hanya membagi sebagian waktunya dengan yang lain.