These what we had in our living room. Hasil karya mewarnai Alfath di kelas TK A dulu. Karena menurutku bagus dan sayang bila hanya tertumpuk di lemari buku, maka kurobek beberapa halaman di buku gambarnya, lalu kubingkai dan kujadikan hiasan.
Alfath memang punya passion tersendiri dalam menggambar dan mewarnai beberapa tahun belakangan ini. Aku yang tidak pernah mengajarinya, jadi amazed sendiri dengan perkembangannya. Pertama kali aku ‘ngeh’ dengan kemampuannya adalah ketika ustadzahnya di TK A mengabarkan bahwa Alfath akan diikutsertakan dalam lomba mewarnai mewakili sekolah.
Ternyata meskipun anakku ini doyan ngobrol di kelas, tapi dia tetap bertanggung jawab menyelesaikan tugasnya. Jadi biarpun kelar paling belakangan karena mengerjakan dengan santai dan diselingi banyak ngobrol, tapi hasil kerjaannya boleh dikata bagus dan rapi.
Contrary to him, ibunya ini justru paling benci dan ga suka sama yang namanya gambar dan mewarnai. Entah kenapa. Sampai-sampai aku berpikir, apakah ini disebabkan kurang optimalnya stimulasi otak kananku di usia prasekolah, ataukah memang pada dasarnya aku ga berbakat seni? I’m a very plain person. Sama sekali ga nyeni.
Aku tak pernah terdaftar menjadi murid TK. Karena bisa membaca di usia 4, aku didaftarkan ibu di SD Negeri saat usiaku 5 tahun 3 bulan. Karena belum cukup umur aku ditolak. Akhirnya ibu mendaftarkanku di MI. Tadinya hampir tertolak juga. Tapi karena ibuku beralasan ke Kepsek untuk sekedar mencoba saja, dan boleh mengeluarkanku bila dalam 1 bulan tidak bisa mengikuti pelajaran, akhirnya aku diterima juga. Ternyata lanjuut terus. Naik kelas 2 MI, aku pindah ke kelas siang karena paginya sekolah di kelas 1 SDN.
Waktu sekolah dulu, nilai kesenianku paling top adalah 7. Malah seringkali hanya mentok di angka 6. Kesenian terutama menggambar adalah pelajaran yang paling tak kusuka selain olah raga.
Soal ini jugalah yang sering jadi bahan ledekan Alfath. Kalau sedang marah, ngambek, atau jutek kata-kata andalannya adalah: "Halah…Bunda ga bisa gambar aja…" Mau marahnya soal apa kek, ujung-ujungnya pasti ini yang jadi kartu truff nya. Aku langsung mati kutu. Memang begitu kenyataannya.
Aku ingat waktu umur Alfath sekitar 3 tahun. Kalo dia menggambar yang aneh-aneh, maksudnya yang keren yang aku ga nyangka dia bisa gambar begitu, aku langsung tanya : "Loh Apat bisa gambar gini siapa yang ajarin? Idenya darimana?" Dengan cerdasnya dia menjawab: " Ya dari otak Apat sendiri donk…" Duh, belagu deh, mentang-mentang Bundanya ga pernah ngajarin… 😛