Archive for the Category ◊ Serba-serbi ◊

01 Oct 2007 Premonition
 |  Category: Serba-serbi  | 3 Comments

Sekali-sekali nulis resensi film aah. Aku nonton film ini beberapa bulan lalu. Film ini mengisahkan tentang Linda Hanson (diperankan oleh Sandra Bullock), seorang wanita yang bersuamikan Jim (Julian McMahon) dan dikaruniai 2 orang putri cantik.
Rumah tangganya kelihatannya bahagia sampai ia mendengar kabar mengejutkan tentang kematian suaminya dalam sebuah kecelakaan mobil.

Jujur aja,  kalo aku ga baca /tahu prolog film ini mungkin agak twisting karena alurnya bolak-balik silih berganti. Wong, garis besar ceritanya memang begitu: Linda ini bingung karena one morning she wakes up as a widow and the following morning she finds her husband is very much alive. Begitu terus silih berganti.

Sampai akhirnya dia belajar sesuatu bahwa yang dialaminya memang nyata (but I still don’t know why this can be happen, karena part of the film yang menerangkan ini ga ada teksnya dan ngomongnya ga jelas ;o maklum soalnya dvd bajakan).
Dan bahwa endingnya akan terjadi sebagaimana dia menjalani beginningnya. Bingung? Maksudnya gini, suatu hari dia mendapati dirinya sebagai seorang yang terganggu jiwanya alias menderita mental illness karena ga siap menerima kematian suaminya. Ketika dia terbangun lagi keesokan pagi dalam keadaan suaminya masih hidup, artinya dia masih punya kesempatan untuk menyiapkan diri menghadapi kejadian yang akan datang dengan melakukan the best she can do. Ini termasuk menyelamatkan pernikahannya dari perselingkuhan yang terjadi antara suaminya dengan teman kantornya.

Akhir cerita menurutku happy ending. Karena meski suaminya memang mati dalam kecelakaan mobil sesuai the premonition, tapi ketika menjelang ajal Jim tengah membatalkan janji kencannya dengan The Mistress alias selingkuhannya lewat HP. Artinya ketika akan meninggal, resultan arah  hatinya Jim  menuju kepada istri dan anak-anaknya  dan bukan kepada WIL nya. Dan Linda, akhirnya digambarkan tengah hamil anak ketiganya sebagai buah cintanya dengan suami pada malam terakhir suaminya hidup.

Pesan moral film ini menurutku, ketetapan umur atau nasib kita memang sudah tertentu dari sananya (baca: dari Allah). Yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakan dengan sebaiknya jatah hidup yang ada. Mengisinya dengan cinta, mencurahkan the best of ourselves untuk orang-orang yang kita cintai.

25 Jun 2007 Miris
 |  Category: Serba-serbi  | 3 Comments

Friday, December 1, 2006, 18.54

Aku pernah bersamanya suatu waktu pada masa kecilku. Tapi kabar terakhir yang kudengar tentangnya tragis. Menikah dua kali dengan pria yang keduanya kasar: buruk perangai dan ringan tangan hingga kerap membuat biru lebam wajahnya. Wajar, ia mendapatkannya sembarang di pinggir jalan. Dengan dalih kebebasan gairah muda.

Aku menikahi seorang yang sangat istimewa. One of a million I called it. Tak pernah berkata kasar apalagi merendahkan dan meremehkan.

Apakah nasib bisa dipilih?

15 Jun 2007 Tragedi Kunci (Antara Cikarang dan Srengseng)
 |  Category: My Husband, My Self, Serba-serbi  | 8 Comments

Saturday, August 27, 2005, 21.49

Computer jammed. Sudah lama sekali aku ga nulis. Minggu, 21 Agustus 2005 ada kejadian luar biasa yang memberi pelajaran yang amat berharga bagiku. Kunci rumah tertinggal di rumah ibu dan itu kami sadari setelah sampai di rumah. Ingin langsung balik ke sana tapi ayah bilang ga usah karena ayah yang akan mengantar kunci itu. Hampir tiga jam menunggu di dalam mobil dengan dikerubungi sedemikian banyak nyamuk, eh ternyata kunci yang dibawa ayah salah!!! Masya Allah! Aku ga kuat lagi menahan tangis. Pokoknya ga bisa digambarkan gimana perasaanku saat itu. Aku merasa it’s all completely my fault. Kasihan sekali lihat ibu, Alfath dan terutama Mas yang sudah begitu lelah, ngantuk dan kehabisan tenaga karena kami sudah seharian jalan dan pastinya yang tertinggal adalah tenaga sisa-sisa.  Belum lagi terbayang jauhnya perjalanan yang harus kami tempuh kembali, borosnya bensin dan tol yang harus kami keluarkan dan lelahnya badan yang tidak tidur semalaman. Wuih, pokoknya berat banget deh! Seingatku aku ga pernah mengalami kejadian seberat ini sebelumnya. Rasanya sampai saat ini pun masih terasa nyesss banget kalau ingat kejadian itu. Aku tau bahwa itu adalah sarana pembersihan luar biasa yang dirancang Allah untuk kami. Tapi kok rasanya pahiit sekali dan sepertinya aku ga kuat kalau harus menjalani kejadian serupa itu sekali lagi.

Anyway, sebenarnya kejadian itu juga membawa hikmah besar yang bisa membuatku menangis dan terharu berkali-kali sampai saat inipun. Aku merasa dilimpahi berkah dan karunia yang luar biasa dengan kehadiran seorang suami yang begitu baik, penyabar dan penyayang. Tak satupun keluar dari mulutnya  kalimat yang bernada kekesalan atau menyalahkan. Padahal aku sendiri dalam hati geregetan menyumpahi ketololanku atas kesalahan fatal yang kuperbuat meskipun aku tau semua ini terjadi atas Kehendak- Nya juga. Rasanya Mas sudah dapat ‘menelan’ dengan baik apa yang disuguhkan oleh-Nya. Kebaikannyalah yang membuatku menangis terharu berkali-kali. Kupikir mungkin suami lain akan menempeleng atau paling tidak mengejek dan memaki-maki istrinya bila menghadapi kejadian serupa. Tapi tidak demikian halnya dengan Masku tersayang.

Aku pernah mengatakan ini pada seorang teman: “Andaikan aku mati, lalu diberi kesempatan hidup sekali lagi,  aku pasti akan memilihnya kembali menjadi pendamping hidupku.”

*Ini kejadian dulu, waktu msh di Cikarang. Dari Srengseng jam 21. Sampe Cikarang sekitar 22.30 (jarak tempuh 1,5 jam kalo pake mobil pribadi). Baru sadar kalo kunci ketinggalan sekitar jarak 1 km dari rumah Cikarang. Sampe depan rumah, aku udek2 dan obrak-abrik semua barang bawaan untuk nyari kunci itu barangkali keselip (berusaha nyenengin diri). Padahal tiap ke Srengseng kl weekend, barang bawaan selalu segudang kayak orang mudik sebulan. Akhirnya kita cari makan dulu sambil nenangin diri dan nelfon ke ayah dan adik-adik di Srengseng (actually cuma Mas yg makan nasi goreng waktu itu, kalo aku: mana ketelen lagi stress gitu!).

Yang nerima telp adikku Obon, satu-satunya yang belum tidur. Sedangkan yang lain udah tidur semua. Kata Obon, Ayah bilang ga usah balik lagi karena ayah yang akan nganter ke Ckrg. Rupanya karena ngantuk, mata masih merah, konsentrasi kurang dan nyawa belum nyatu, ayah main samber aja tanpa teliti kunci yang diserahin Obon. Trus langsung jalan. Rupanya si Obon ga tau persis kunci rumahku yang mana, dia main asal ambil aja kunci yang geletakan. Ga taunya yg keambil kunci kamar kost Eja. Ejanya lagi tidur jadi ga bisa ngasih tau kalo itu kuncinya dia. Herannya kok si ayah bisa ga ngeh kalo kuncinya salah, padahal dulu yang nyatuin serendel kunci itu ayah sendiri. Emang nasib dah, ini nih yang namanya ujian kehidupan. Skenarionya kayaknya perfect banget. Dan suka bikin ga habis pikir! Emang dah, kalo Alah udah berkehendak, ga ada yang bisa cegah.

Tiga jam kami nunggu di mobil. Dan ternyata kuncinya salah!!!

Mas lagi tidur di mobil pas ayah sampe sekitar jam 3 (naik angkot tengah malem gitu loh, waktu tempuhnya sekitar 2,5-3 jam, ga kebayang kan?) Begitu tau salah, ayah langsung balik lagi ke Srengseng (naik angkot lagi). Tadinya kukira Mas tidur-tiduran doang dan sebenernya tau kedatangan ayah, ternyata dia bener-bener ga tau kedatangan ayah alias lelap bless.

Mas yang ga lama kemudian terbangun, akhirnya mutusin untuk balik ke Srengseng saat itu juga. Jadi kami semua ke tujuan yang sama dengan kendaraan yang beda.

Akhirnya kami sampe Srengseng lagi jam 4.30. Sementara ayah yang ngecer angkot belum sampe. Abis Sholat Shubuh langsung cabut ke Cikarang lagi. Mulanya Mas seger, tapi menjelang pintu tol Cikarang Barat matanya dah ngantuk berat (secara yang tadi malam cuma tidur setengah jam gitu loh!)

Sampe rumah langsung tepar ambruk dan ga kuat ngantor. Akhirnya Mas yang jam masuk kantor resminya 7.30, hari itu ngantor jam 10.00

Meanwhile si ayah baru sampe Srengseng jam 6.30 pagi. Karena subuh-subuh, angkot masih pada ngetem dulu cari penumpang. Ga kebayang kan? Bisa-bisa bolos ngantor kalo ngandelin si ayah. Kalo balik lagi ke Cikarang, sampenya bakalan jam berapa coba? Meanwhile kitanya udah stress banget ngejogrok di teras depan. Sholat Shubuhnya gimana? Plus malu sama tetangga karena harinya udah terang.

Aku lagi hamil tua 8 bulan lebih pas kejadian ini.

Weleh. Weleh. Sekarang tiap kemana-mana aku jadi lebih waspada. Always make sure that the keys is in the bag…

28 May 2007 Pembantu Juga Manusia
 |  Category: Serba-serbi  | 8 Comments

Sunday, May 27, 2007, 17.24 (revised May 29, 2007, 09.32)

Ada suatu scene dalam film Ada Apa dengan Cinta yang kerap kali tergambar di kepala saya terutama kalau lagi agak-agak bete sama ‘asisten’ di rumah. Saya membahasakannya sebagai: tuntutan peran PRT versi Rangga dan Cinta. Saya mencoba menuliskannya dalam bentuk dialog yang mungkin tidak tepat benar redaksinya.

Rangga : “Di rumah pasti semua-muanya pembantu yang ngerjain ya?”

Cinta   : “ Ya enggak sih…, tapi kalo ada pembantu kenapa nggak dikasih kerjaan..?”

Rangga : “ Ya kalo bisa dikerjain sendiri kenapa mesti nyuruh pembantu?”

Cinta   : “ Kalau ada pembantu kenapa mesti dikerjain sendiri?”

Pembantu juga manusia. Kalimat itu yang berulangkali saya tanam di kepala kalau sedang ‘panas’ karena tidak puas dengan kerjaan mbak di rumah.

Kalau sedang baik hati dan good mood, biasanya saya mengambil posisi seperti Rangga. Yang utama mengerjakan semuanya adalah saya, lalu tugas pembantu memang benar-benar hanya membantu. Tapi kalau lagi rajin gini nih, biasanya si setan yang ga pernah suka kalau kita berbuat baik bisikin begini: “Bego lu, ngapain capek-capek ngerjain itu sendiri. Kan lu bayar orang emang untuk ngerjain kerjaan itu, lagipula dia emang bersedia kok. Tinggal nyuruh aja lagi.”

Tapi sisi kanan saya lantas berujar: “Kalo semua yang ngerjain pembantu, mana dong pahala untuk diri kamu sendiri? Allah kan ga pernah keliru masukin pahala ke rekening akhirat masing-masing kita. Dalam setiap keringat dan susah payah mesti ada ganjarannya loh.” Akhirnya aku kembali bekerja dengan happy.

Tapi syetan rupanya ga tinggal diam, selalu ngomporin hati ini biar panas. Apalagi kalo akunya lagi sibuk ngerjain kerjaan rumah yang lumayan berat, sementara si mbak lagi nyuapin anak-anak, sambil gendong si baby, sambil nonton tivi. Kerjaan yang kelihatannya sepele, padahal sebenernya enggak juga. Wuih rasanya geregetaan banget (ni mulut ampe gatel pengen nyuruh, padahal kalo lagi adem aku sadar juga bahwa itu sebenernya kerjaan juga, bayangkan kalo ga ada si mbak, nyuapin 2 anak 3 kali sehari berarti 6 kali, ditambah ga bisa ngerjain apa-apa kalo babyku nangis yang berarti harus digendong terus. Apa ga kiamat kalo gitu? Boro-boro ngenet. Kagak bakal sempet dah!).Seringnya sih si setan yang menang. Akhirnya itu kerjaan kukerjain dengan beres tapi dengan hati dongkol. “Huh, harusnya bukan gue nih yang ngerjain, tapi pembantu!” Naudzubillah min dzalik. Udah capek ga berpahala pula.

Tulisan ini saya buat pas lagi adem, lagi ada secercah kesadaran. Buat ibu-ibu yang suka kesel sama asisten di rumah, coba deh trik berikut. Sekali waktu coba sisihkan waktu untuk terjun langsung turun tangan ngerjain kerjaan rumah sendirian, mungkin dengan merasakan kepayahan yang dirasakan pembantu, membuat kita lebih mudah memaklumi bila ada kerjaannya yang kurang beres atau ga sesuai dengan standar kita. There’a a lot to do di balik terhidangkannya semangkuk opor ayam di meja makan kita. Buat ibu-ibu yang suka masak pasti ‘ngeh’ deh, sama yang saya omongin. Coba di list (sekalian biar bapak-bapak yang baca tulisan ini lebih menghargai istrinya). Beli ayam, cuci ayam, blender kelapa, peras santannya, kupas bawang merahnya, kupas bawang putihnya, siapin bumbu lainnya, lalu diblender, nyalain kompor, panasin minyak goreng, tumis bumbunya, aduk-aduk sampai harum, tuang santannya, terus aduk biar santannya ga pecah, deelel, deelel (nulisnya aja capek, apalagi ngerjainnya).

Pembantu juga manusia. Punya cara kerja sendiri yang khas dan unik. Punya rasa bosan dan malas sesekali. Punya hati yang akan terluka bila disakiti.

So ibu-ibu, mari lebih hargai pembantu kita di rumah.

*mudahmudahanmbakkubetahdansabarmenghadapimajikannyayangkadangsukajutekini.amiin

15 May 2007 Dosa Ga Benjol
 |  Category: Serba-serbi  | Leave a Comment

Tuesday, May 15, 2007, 20.13

Barusan lihat berita tentang Widjanarko Puspoyo (mantan Dirut Bulog) di Metro TV.  Jadi membatin dalam hati, apakah ga ada perasaan bersalah yang hinggap di dirinya menilep uang rakyat milyaran rupiah? Tambah geregetan setelah ingat berita di Jawa Pos yang dirilis tanggal 24 Maret silam. Tim penyidik menemukan satu koper dan tiga ember penuh berisi uang tunai di kamar mandi ruang tidur pribadi Widjan. Jumlahnya diperkirakan ratusan juta rupiah.

Apakah nuraninya sudah begitu tumpul sehingga kebas dengan segala kisah penderitaan rakyat yang hampir setiap hari diekspos di media? Mungkin tidak tepat lagi jika disebut nurani, melainkan zulmani (meminjam istilah Prof. Nurcholish Madjid), karena sang hati telah kehilangan pendar cahayanya. Mungkin karena dosa ga benjol, jadi orang merasa bebas berbuat sekehendak hatinya.

Jadi ingat kisah yang pernah kubaca di sebuah buku. Konon dulu, sewaktu zaman Nabi SAW, kalau ada orang yang berghibah, bau busuk serupa bangkai akan langsung tercium sebagai manifestasi ayat yang memgumpamakan ghibah sebagai memakan bangkai saudara sendiri. Tapi sekarang, walaupun orang berghibah di mana-mana, kok ga tercium ya bau bangkainya? Buku itu menjawab demikian. Ambillah ibarat orang yang sehari-hari bergumul dengan sampah. Tentu bau sampah yang amat busuk itu tidak lagi begitu menyengat baginya karena sudah saking terbiasanya terhirup sehari-hari. Mungkin demikian juga yang berlaku pada kita saat ini. Di dunia yang makin edan ini, yang waras justru yang dianggap aneh.