Agak malam Mas pulang akhir-akhir ini. Pasti banyak pekerjaan di kantor. Sebenarnya ini belum terlalu malam juga. Ada banyak orang yang mungkin pulang lebih larut. Jam 10, 12, atau bahkan lebih larut lagi. Sabtu dan Minggu akhirnya jadi kemestian untuk keluar rumah. Untuk melemaskan urat syaraf, meredakan ketegangan atau menghilangkan kejemuan. Toh, buat apa capek-capek mencari uang kalau bukan untuk dinikmati sebagiannya? Hidup lalu berputar ke itu-itu saja. Seperti yang ditulis oleh seorang teman yang mengalami kegelisahan yang merasa bahwa hidup hanya seperti sekedar tarikan antara senang dan sedih atau antara keberhasilan dan kegagalan. Itu juga yang kerap kali kupikirkan belakangan ini sampai kadang pikiran itu terasa begitu menyesakkan dada dan ingin kukeluarkan dengan menangis sekeras-kerasnya. Terpikir bahwa setelah selesai aku mengerjakan pekerjaan ini aku harus kembali mengerjakan hal yang sama keesokan hari dan keesokannya lagi dan keesokannya lagi. Dan begitu seterusnya. Aku seperti kehilangan semangat hidup karena tak tahu apa yang harus kukejar. Kemarin malam aku seperti mendapat sentakan saat membaca surat Ibrahim ayat 19: “Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi dengan haqq…” Tapi sentakan itu rupanya tidak cukup menyemangatiku untuk menjalani hari ini dengan lebih baik. Untuk belajar dengan lebih baik.Ya Allah, sesungguhnya apakah arti haqq keberadaanku di dunia ini?