Lewat di berandaku berita tentang perceraian seorang motivator bisnis dengan istrinya akibat poligami diam-diam. Aku yang tak tahu menahu tiba-tiba tergelitik untuk mencari tahu. Di FB istrinya terpampang status yang menyatakan bahwa Beliau telah resmi bercerai dengan baik-baik dengan suaminya dan tetap akan mengurus anak-anak bersama-sama. Pasangan ini dikaruniai 2 orang putri. Publik terhenyak. Status Sang Istri ini disukai ribuan orang dan dikomentari ribuan orang yang memberi dukungan buat istri. Motivator ini dikenal suka memuji istrinya dan menyebutnya sebagai ‘Bidadari.’ Otomatis aku tergerak untuk mencari tahu tentang suaminya. Menonton satu dua video yang ada di dunia maya. Lelaki itu kelihatannya sholeh, pintar dan amat dermawan. Awalnya aku terpancing ikutan gemas seperti orang kebanyakan, sampai kemudian aku tersadar, apa hakku menilai orang. Di lain sisi, aku juga tidak bisa menyalahkan istrinya yang meminta pisah karena merasa terluka. Sudah menemani berjuang dari bawah tapi kemudian suami menikah lagi secara diam-diam. Aku sudah merasakan sendiri bahwa poligami itu bukan hal yang mudah. Aku lantas berpikir. “Ya Allah sungguh syariat poligami ini berat diterima kalau bukan karena iman.” Lantas di situ aku berhenti memilih sisi. Siapa benar siapa salah. Aku orang luar yang tak tahu apa-apa. Jangan salah sangka, tidak ada sama sekali terlintas dalam benakku bahwa wanita yang memilih pisah karena alasan poligami adalah seseorang yang kurang imannya. Sama sekali tidak. Tapi aku juga tidak bisa menilai suami yang berpoligami secara diam-diam sebagai orang yang tercela. Ah, jadi pusying. Sudahlah, lebih baik aku berlepas diri dan mengurus urusanku sendiri.
22
Jun
2023
Mendua
Category: Uncategorized
|
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed.
You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply
» Log in