Aku menikmati Selasa petang saat Hilya berlari menyambut ayahnya. “Ayaaahh….”, katanya riang nyaring menggemaskan. Seraya lari menghambur ke pelukan ayahnya. Sahla pun demikian. Dia belum bicara. Hanya raut wajahnya yang menunjukkan kegembiraan. Lantas mereka berdua digendong ayahnya.
Aku sungguh bahagia dengan hadirnya dua anak terkecilku ini. Kusangka anakku akan berhenti di angka 5. Ternyata Hilya lahir dengan jarak 7 tahun dari kakaknya. Sahla pun lahir 2 tahun kemudian. Lagi-lagi, tanpa kurencanakan.
Dulu sebelum kelahiran mereka, aku sempat kesepian saat semua berangkat ke sekolah. Kesibukanku adalah senam dan yoga. Bisa 3-4 kali dalam seminggu. Setelah hamil mereka, otomatis semua berhenti.
Hadirnya Hilya Sahla benar-benar mewarnai hidupku. They are truly God’s gift s to me. Alhamdulillah 🙂