Monday, June 18, 2007, 13.15
Ini tajuk sebuah reality show di AS yang dibahas di Oprah. Acara ini dipandu oleh Rabi Schmuley (kalo aku ga salah eja), seorang rabi dengan 8 orang anak. Pakem acara ini adalah sang rabi selaku host, masuk dan mengintervensi langsung ke dalam sebuah rumah tangga Amerika untuk memberi solusi permasalahan yang tengah dihadapi keluarga itu. Ada beberapa pelajaran dan kata-katanya yang kuingat karena sangat berkesan.
Kasih sayang orang tua itu punya dua tangan. Tangan kanan adalah unconditional love. Cinta tanpa syarat. Love their kids for the reason of being, not for the reason of doing. Mencintai anak bukan karena apa-apa yang mereka lakukan, melainkan mencintai mereka karena mereka ada dan hadir memang untuk dicintai.
Tangan kiri adalah yang bertugas mendisiplinkan, set boundaries for the kids. Memberi batasan dan limit untuk anak-anak. Yang harus dicamkan adalah, mencintai dan menyayangi anak bukan berarti memberikan apapun yang mereka minta. Over indulging can only spoilling the kids.
Orang tua yang kelewat sibuk bekerja di luar rumah, kerapkali merasa bersalah karena merasa tidak punya cukup waktu untuk anak-anak dan kemudian mengkompensasinya dengan memberikan apapun yang anak minta. Instead of giving themselves, mencurahkan dirinya untuk keluarga, parents tend to giving things to replace their absence. Efek lebih jauhnya, tindakan orangtua demikian yang menumbuhsuburkan budaya konsumerisme dan materialisme di generasi setelah mereka. Karena anak-anak lantas belajar mengisi kekosongan diri dengan barang.
Para ayah juga harus mendefinisikan ulang kesuksesan. Kesuksesan bukanlah semata pencapaian prestasi di luar rumah, melainkan juga kesuksesan dalam rumah tangga.